Wednesday, June 24, 2009

Evolusi fotografi, konvergensi still image dan video

Hosted by imgur.com

Pagi ini dari internet saya dapat kabar Kodak akan menghentikan produksi Kodachrome film mulai tahun ini. Sekilas info mengenai film positive Kodachrome ini: pertama kali diproduksi oleh Kodak pada tahun 1935 dan menjadikannya film foto tertua yang diproduksi sampai tahun ini, 74 tahun! Dikenal sebagai bright, colorful film dengan tingkat kontras yang rendah (menjadikannya sangat cocok sebagai media slide transparansi), Kodachrome menjadi bagian dari sukses Kodak pada saat itu. Anda dapat melihat galeri foto yang menggunakan film Kodachrome di sini.

Hosted by imgur.com
Kodachrome 1935-2009 R.I.P.

Namun seiring dengan berkembangnya teknologi digital, era film kamera analog menjadi semakin sempit. Dengan segala kelebihannya, fotografi digital perlahan mulai menjadi standar untuk mereka yang terjun dalam industri fotografi. Saya ingat sewaktu dulu kuliah, dimana kami masih berada pada era kamera foto analog. Kami dituntut untuk benar-benar mempertimbangkan segalanya mulai dari komposisi sampai exposure sebelum kami menekan shutter button karena setiap kegagalan adalah cost yang terbuang percuma. Kami belajar bagaimana memproses dan mencetak film negative dan positive sendiri di lab kampus. Kegagalan demi kegagalan dalam mencampur emulsi dan salah timing menjadi bagian dari proses belajar. Namun dengan hadirnya teknologi digital, film costs menjadi hilang. Biaya untuk memotret menjadi lebih murah.

Pada tahun ini, evolusi teknologi kamera SLR fotografi seolah telah mencapai titik stagnan. Praktis tidak ada sesuatu yang baru yang ditawarkan, hanya improvement pada sensor yang kemudian dieksplorasi oleh pabrik-pabrik melahirkan kamera-kamera dengan resolusi besar (which I think is not such a big deal). Atau semakin banyaknya kamera-kamera FourThird yang dipimpin oleh Olympus. Namun kemudian Nikon melakukan terobosan dengan menghadirkan kemampuan untuk merekam video format HD pada kamera DSLR mereka Nikon D90, yang kemudian tidak lama diikuti pesaingnya Canon dan merek lain. Hal ini menjadikan kamera foto yang selama ini hanya bisa digunakan untuk merekam gambar diam (still image) menjadi seperti handycam yang mampu merekam gambar bergerak (video) lengkap dengan suaranya. Ini merupakan feature kebalikan yang sudah ada cukup lama pada handycam-handycam yang mempunyai kemampuan untuk seolah-olah mengambil foto dengan mem-freeze satu frame dari video yang direkam. Namun hasil foto yang dihasilkan oleh handycam ini tidak memiliki kualitas sebaik hasil foto dari kamera digital.

Hosted by imgur.com
Nikon D90. Kamera DSLR pertama dengan kemampuan rekam video

Implikasi pada sisi fotografer & media dari konvergensi antara still image dan video pada kamera DSLR ini:
Dikarenakan kualitas rekam video dalam format HD memiliki kualitas gambar yang baik ditambah kemungkinan kombinasi dengan lensa-lensa kamera yang tersedia, maka fotografer dapat menghasilkan video dengan kualitas film yang sangat baik. Bayangkan video dari kamera dengan kualitas gambar seperti Nikon D90 dikombinasikan dengan lensa Nikkor 200mm f/2.8 misalnya. Imagine the sharpness and the ability to utilize depth of field to create a remarkable feature presentation.
Makin banyak wartawan foto yang akan dibekali dengan kamera seperti ini. Sehingga ketika mereka diminta meliput sesuatu, editor dapat mengharapkan tidak hanya materi berbentuk still image tapi juga liputan berbentuk video. Dalam era konvergensi media seperti sekarang, hal ini jelas sangat akan membantu. Contoh, wartawan Kompas akan memberikan foto hasil liputan untuk dicetak di harian Kompas sedangkan video dipublish di media online Kompas.com Semua dengan hanya satu orang dan satu alat.


Video menggunakan kamera DSLR Canon 5D Mark II oleh Paul Burwell

Contoh dari kemungkinan kreatif yang menarik dan saat ini menjadi trend adalah aplikasi Moving Movie Poster. Berbeda dengan poster film biasa, poster film yang ini akan dapat bergerak (seperti film). Tantangan dari pembuatan Moving Movie Poster ini adalah bagaimana membuat sebuah film/animasi dengan kualitas dan lighting sama dengan kualitas dan lighting dari sebuah still image yang dihasilkan kamera foto yang akan digunakan sebagai poster film. Karena miripnya dengan poster biasa, orang yang pertama kali melihat poster ini akan menyangka poster ini sebagai poster film biasa, namun mereka akan kaget ketika aktor (atau apapun) yang ada di poster itu tiba-tiba bergerak.


Pembuatan Moving Movie Poster oleh Alexx Henry

Apakah yang kemudian terjadi selanjutnyas setelah ini? Pertama film fotografi sekarat, apakah kemudian still image akan menyusul? I admit I'm a sucker on all things retro, jadi secara pribadi saya tidak terlalu antusias pada apa yang terjadi saat ini di teknologi kamera. Saya tetap percaya pada kekuatan sebuah still image. Saya selalu melihat tantangan terbesar dalam still image adalah bagaimana sang fotografer dapat menyampaikan berjuta pesan, makna dan perasaan dari hanya satu gambar yang dihasilkan dari hanya sekian detik kesempatan saja. Tetapi seperti pada hampir semua teknologi baru, kita tidak bisa mengelak. Dan kesempatan & kemungkinan kreatif yang dihasilkan mungkin saja akan terlalu menggoda untuk dilewatkan begitu saja.

0 comments: